Kamis, 14 April 2011

Anggrek Residence - Sumedang


TAMPAK MUKA


TAMPAK MUKA




DENAH LT. SATU & LT. DUA





Minggu, 10 April 2011

Kamis, 31 Maret 2011

Ruko Buah Batu - Bandung

TAMPAK MUKA ALT.1


TAMPAK MUKA ALT.2


DENAH RUKU LT. 1 & LT.2

Renovasi Perum Mekar Sari III - Sumedang

TAMPAK MUKA





Minggu, 29 Maret 2009

Aksen atau Penekanan

Selain melalui kesatuan, keseimbangan, dan ritme yang kuat; keindahan dapat pula dirasakan melalui aksen atau penekanan. Aksen pada desain sering pula dikatakan sebagai sebuah unsur penyelesaian dalam desain.
Sebuah desain tidaklah terasa selesai kalau di dalamnya tidak ada sebuah pengakhiran yang umumnya menggunakan aksen sebagai unsurnya. Untuk membayangkan maksud aksen sebagai “penyelesaian desain”, kita dapat membayangkan sebuah ruang interior yang sangat netral dengan dominasi warna monokromatis putih dihampir semua elemen interiornya, mulai dari lantai, dinding, langit-langit, bahkan sampai pada elemen furniture dan elemen estetisnya.
Bagaimana rasanya? Tidakkah terasa monoton dan terasa begitu datar tanpa sebuah “pengakhiran”? nah, kalau kemudian kita coba masukkan elemen warna merah yang mencolok pada set sofa lengkap dengan bantal-bantalnya yang berwarna merah hati. Bagaimana nuansa ruang tersebut saat ini?
Coba sekarang bayangkan mata kita menyapu pandang ke seluruh ruang. Dimanakah kira-kira arah pandangan mata kita berakhir? Pada sofa merah tadi bukan? Ya, inilah yang disebut sebagai aksen. Aksen warna merah disini menjadikan ruang terasa lebih bermakna, lebih “selesai” dengan sebuah ending bernuansa lebih hangat.
Aksen Memberi Nuansa Kuat
Seperti contoh di atas, maka warna merah menjadi “penanda” dan focal point pandangan mata kita, atau pusat perhatian visual mata kita. Nuansa ruang monokromatis putih tadi tiba-tiba sekarang tidak lagi netral, namun jauh terasa menjadi hangat dengan hadirnya aksen warna merah sofa. Bagaimana jika warna set sofa kita ganti dengan turunan warna hijau daun serta bantal-bantal berwarna hijau apel dan kuning. Bisa Anda jelaskan sekarang, bagaimana nuansa ruang yang terbentuk dengan aksen tadi? Inilah salah satu fungsi utama dari aksen, sebagai penanda, pemberi makna yang kuat terhadap nuansa, tema, dan inspirasi sebuah ruang.
Kompisi Sebuah Aksen
Mungkin kita akan bertanya, seberapa jauh aksen itu boleh muncul dalam sebuah ruang. Bolehkah aksen tersebut berulang? Atau bolehkah aksen itu tersiri lebih dari satu jenis? Atau, elemen interior apa saja yang sebaiknya dijadikan sebuah aksen?
Kunci keberhasilan suatu keindahan yang tercipta melaui aksen adalah dengan memunculkan semacam sebuah kejutan atau penanda, sehingga terjadinya pengulangan terhadap sebuah aksen justru dapat melemahkan kekuatan makna yang tercipta karena ketunggalannya. Melihat sebuah aksen harus dilakukan sebagai kesatuan yang dapat terdiri dari beberapa jenis atau elemen, namun hal itu tetap terasa satu terutama bila ditunjang dari penempatannya yang tidak terpisah dengan lainnya.
Sebuah ranjang putih dengan bantal berwarna merah dan coklat tua yang mencolok, diperkuat dengan sebuah dinding yang tepat berada di belakangnya berwarna berbeda dengan dinding yang lain. Bila ditambahkan dengan cahaya yang sinarnya jatuh di atas ranjang, akan tercipta sebuah aksen yang sangat kuat dan menarik dalam sebuah kesatuan ruang.
Jika pertanyaannya, apakah semua elemen interior bisa menjadi aksen? Jawabannya tentu saja bisa, namun harus berada dalam sebuah komposisi dan kesatuan yang tepat. Bila terlalu kecil, aksen tersebut tidak bisa dijadikan sebagai “penanda”, sebaliknya bila terlalu besar dan muncul di beberapa tempat, malah menjadikannya dominan yang tidak lagi menjadi pusat perhatian yang menarik. Jadi, komposisi antara ukuran, jenis elemen, dan kesatuannya menjadikan sebuah aksen dapat menarik atau tidak.




Minggu, 04 Januari 2009

DINDING SEBAGAI ELEMEN DASAR INTERIOR

Adalah sebagai elemen yang mudah ditangkap mata, dinding menjadi perhatian utama untuk diolah.






Kali ini kita akan mengenal bagaimana sebuah proses mendesain interior dimulai. Pertama kita mencoba membuat definisi sederhana tentang sebuah ruangan. Kalau kita menyatakan sebuah ruangan, biasanya kita akan langsung terbayang sebuah “rongga” yang mempunyai sebuah pembatas di setiap sisinya. Coba sekarang bayangkan bila semua pembatas tadi kita buang. Maka dalam sekejap ruangan tersebut akan hilang dan menjadi satu dengan ruangan luar di sekitarnya. Atau sebaliknya, bayangkan bila di tengah-tengah ruangan, kita munculkan sebuah dinding dari kaca, maka dalam sekejap kita akan merasakan ruangan tersebut terbelah menjadi dua, meskipun batasannya hanya sebuah kaca yang tembus pandang. Kira-kira seperti itu gambaran elemen dasar seperti lantai, dinding dan langit-langit. Elemen tersebut mampu menciptakan atau menghilangkan keberadaan ruang-ruang sesuai dengan kebutuhan kita.

Disamping dinding, lantai dan langit-langit, elemen dasar lainya yang juga dikenal dalam desain interior adalan elemen furniture dan elemen estetis ( pernak-pernik yang ada di dalam ruang ). Kedua elemen dasar ini, lebih dikenal sebagai elemen yang memberi makna pada sebuah ruang. Sekarang kita akan membayangkan sebuah ruangan yang kosong, lalu kedalamnya kita masukan furniture, misalnya saja sebuah ranjang, maka dalam sekejap kita akan mengenalnya sebagai ruang tidur. Jika kita tukar dengan meja makan dan pernak-pernik piring sendok diatasnya, maka ruangna tersebut kita akan segera menganalnya sebagai ruang makan. Begitulah elemen-elemen furniture dan estetis bekerja sama memberi makana pada sebuah ruangan.

Sekarang marilah membahas masing-masing elemen dasar interior tadi secara lebih dalam. Kita akan memulainya dengan elemen dinding. Pada saat kita akan memasuki sebuah ruang, biasanya mata kita kan langsung melihat elemen dinding. Ya, ini karena posisi dinding vertikal dan biasanya cukup luas, sehingga akan langsung “menabrak” pandangan mata kita. Maka banyak desain interior yang memamfaatkan dinding yang demikina ini, maka banyak desainer yang memamfaatkan dinding sebagai elemen yang cukup penting untuk kesan tertentu dari sebuah ruang.

Sekarang kita coba merasakan dan membayangkan bagaimana dinding membuat perbedaan kesan yang kuat pada sebuah ruang. Bayangkan ada sebuah dinding, warnanya putih terang dan menenangkan mata, lalu tiba-tiba diubah warnanya menjadi hitam, dengan tonjolan batu-batu cadas yang sangat tajam. Apa yang kita rasakan ? Bisakah anda membayangkan perbedaan kesan tadi ?.

Mari kita coba dengan contoh lain. Dindin putih tadi kita rubah dan kita ganti dengan bidang berupa lembaran kain sutra tipis halus dan menerawang, memperlihatkan hamparan pantai yang sangat indah disebrangnya. Sudah bisakah anda rasakan perbedaanya? Nah, perbedaan kesan yang ditangkap inilah yang biasanya “dimainkan” para desainer. Kita pun sekarang bisa melakukan permainan-permainan dinding ini untuk menciptakan sebuah kesan yang sama sekali beda pada ruang di rumah kita.

Sumber : Tabloid Rumah